Blogger Jateng

Cara Penanganan dan Pencegahan Flu Burung

 

Sejak tahun 2005 Indonesia telah ditetapkan dalam keadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung pada manusia. Penyakit ini berpontesial menjadi pandemi sehingga upaya pengendalian penyakit ini sangat diperlukan mulai dari upaya promotif, pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan rehabilitatif. Untuk mengembangkan upaya pengendalian di Indonesia, terutama dalam hal teknis, diperlukan sumber daya manusia yang memadai.

Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A. Penyakit ini dikenal pertama kali pada tahun 1887 di Italia. Saat ini FB menjadi perhatian dunia, karena virus FB memiliki kemampuan untuk terus menerus bermutasi sehingga dalam perkembangannya virus ini dapat menular dari unggas ke manusia.

Virus Influenza adalah termasuk ke dalam famili Orthomyxoviridae dan dikelompokkan ke dalam strain A, B, C dan D sesuai dengan karakteristik antigenik dari protein inti. Virus Influenza A menginfeksi berbagai macam spesies hewan, termasuk manusia, babi, kuda, mamalia laut dan burung. Strain virus influenza A, B, C dan D berisi informasi tentang jenis antigenik virus berdasarkan kekhususan antigen dari nukleoprotein, host asal (untuk strain diisolasi dari sumber-sumber non manusia), asal geografis, jumlah regangan, dan tahun isolasi. 

Dua glikoprotein permukaan virus, hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) adalah antigen yang paling penting untuk menginduksi kekebalan protektif pada host. Pembagian virus Influenza tipe A dibagi berdasarkan dua protein pada permukaan virus: hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N). Terdapat 18 subtipe hemaglutinin yang berbeda (H1 – H18) dan 11 subtipe neuraminidase yang berbeda (N1 – N11). Dan hanya H1, H2, H3, N1, dan N2 telah dikaitkan dengan epidemi penyakit pada manusia. Strain individu didesain berdasarkan asal daerah virus, nomor isolat, tahun isolasi, dan subtipe - misalnya, Influenza A / California / 07/2009 (H1N1).

Virus Influenza A (H5N1) pertama kali menyerang manusia pada tahun 1997 di China, yaitu di Wilayah Administrasi Khusus Hongkong dimana terjadi wabah FB pada unggas dan menjangkiti manusia dengan jumlah kasus 18 dan 6 diantaranya meninggal (CFR = 33,3%). Tahun 2003 FB yang disebabkan oleh Virus Influenza A subtipe H5N1 telah menyebar ke berbagai negara di dunia, antara lain China, Vietnam, Thailand, Kamboja, Indonesia, Turki, Irak, Mesir dan Azerbaijan. 

Pada bulan Desember 2007 terdapat 2 negara baru yang melaporkan adanya kasus FB pada manusia yaitu Pakistan dan Myanmar. Sampai dengan September 2017, penyakit ini telah menelan korban manusia sebanyak 860 orang (konfirmasi FB) dengan kematian 454 orang (CFR = 52,79%)

Secara kumulatif jumlah penderita FB di Indonesia sejak akhir Juni 2005 – September 2017 adalah sebanyak 200 orang dan 168 orang diantaranya meninggal dengan angka kematian (CFR) 84%. Di Indonesia FB pada manusia pertama kali diinformasikan secara laboratorium pada awal bulan Juli 2005 dari Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dengan jumlah penderita konfirmasi H5N1 2 orang dan 1 probabel, semua meninggal dunia. 

Awal sakit (onset) kasus tersebut pada akhir Juni 2005, dan merupakan kasus klaster pertama di Indonesia. Sampai akhir September 2017 penderita FB telah tersebar di 15 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, D.I. Yogyakarta, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat) yang meliputi 59 kabupaten/kota.

Terdapat 17 klaster keluarga (family cluster) FB dengan jumlah penderita 41 dan 27 diantaranya meninggal (CFR = 65.85%) yang tersebar di 7 Provinsi, yaitu : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah kasus klaster di Indonesia terbanyak di dunia, dan kasus klaster di Provinsi Sumatera Utara merupakan kasus klaster terbesar di dunia dengan 7 kasus konfirmasi dan 6 orang diantaranya meninggal.

Jenis virus Avian Influenza (AI) pada unggas yang menyebabkan wabah pertama di Indonesia tahun 2003 adalah virus AI subtype H5N1, clade 2.1.3.2, bersifat Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau menyebabkan angka kematian tinggi pada unggas umumnya, kecuali pada unggas air tidak menyebabkan kematian. Kemudian sejak akhir 2012 Indonesia telah terjangkit virus AI subtype H5N1/HPAI, clade baru 2.3.2.1. yang menyerang semua jenis unggas, terutama unggas air yang paling banyak mengalami kematian. Hingga saat ini virus AI yang bersirkulasi lebih dominan oleh clade 2.3.2.1.

Sebanyak 3 provinsi yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian sebagai zona/wilayah provinsi bebas AI pada unggas, yakni Provinsi Maluku Utara (2015), Maluku (2016) dan Papua (2017). Disamping itu, telah dicapai sebanyak 77 Kompartemen (Unit Usaha Peternakan pembibitan, Budidaya dan Penetasan) yang telah memperoleh Sertifikat Kompartemen Bebas AI walaupun berada pada 9 zona/provinsi masih tertular AI, yakni: Jawa Barat 43 unit, Lampung 13 unit, Jawa Timur 9 unit, Banten 3 unit, Jawa Tengah 3 unit, Bali 2 unit, Nusa Tenggara Timur 2 unit, D.I.Yogyakarta 1 unit, Kalimantan Barat 1 unit kompartemen.

Pengendalian zoonosis selama ini masih dilakukan secara sektoral, baik pada sektor kesehatan manusia maupun sektor kesehatan hewan. Sektor lain seperti pemerintahan daerah, sektor perlindungan atau konservasi hewan liar, sektor transportasi, sektor pendidikan, sektor swasta dan sektor lainnya belum secara intens memiliki kegiatan yang terfokus untuk mendukung pengendalian zoonosis. 

Dalam rangka percepatan pengendalian zoonosis maka diperlukan langkah-langkah komprehensif dan terpadu dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi profesi, lembaga non pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga internasional serta seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, dalam rangka mengantisipasi dan menanggulangi situasi kedaruratan akibat wabah zoonosis, perlu diambil langkah-langkah operasional dari berbagai sektor yang cepat dan tepat dalam satu sistem komando pengendalian nasional yang terintegrasi

Strategi Pengendalian Flu Burung

Dalam penanggulangan FB dibutuhkan beberapa strategi, yaitu: 

  1. Surveilans epidemiologi pada hewan dan manusia secara terpadu. 
  2. Penatalaksanaan kasus pada manusia dan pengendalian penyakit pada hewan
  3. Komunikasi risiko, edukasi, dan peningkatan kesadaran masyarakat. 
  4. Peningkatan kapasitas. 
  5. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR), Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Yang Terintegrasi (iSIKHNAS) dan Sistem Informasi Kesehatan Satwa Liar (SEHATSATLI) menjadi Sistem Informasi Zoonosis dan Emerging Infectious Disease (SIZE). 

Dalam pengendalian Flu Burung diperlukan kerjasama lintas sektor secara terintegrasi, yaitu kerja bersama dari sektor kesehatan masyarakat, kesehatan hewan dan kesehatan satwa liar. Guna mencegah penyebaran Penyakit Infeksi Emerging (PIE) dan zoonosis yang lebih luas dan terjadinya pandemi maka diperlukan kesiapsiagaan dan respon dini terhadap kejadian penyakit. Oleh karena itu, harus dilakukan pencegahan dan pengendaliannya dengan menerapkan pendekatan lintas sektor/program atau One Health. 

Pengertian ‘One Health’ adalah merupakan upaya kolaboratif dari berbagai profesi ilmu kesehatan, bersama dengan disiplin ilmu dan institusi yang berhubunganbekerja di tingkat lokal, nasional, dan global- untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi manusia, hewan peliharaan, marga satwa, tumbuhan dan lingkungan kita. (One Health Comission www. one health comission.org)

Strategi Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza

Strategi Nasional Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza sebagai berikut: 

  • Penguatan manajemen berkelanjutan (perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, koordinasi, monitoring, dan evaluasi). 
  • Penguatan surveilans pada hewan dan manusia (termasuk peringatan dini, investigasi, dan tindakan pengendalian). Pencegahan dan pengendalian (proteksi risiko tinggi, vaksinasi, biosecurity, dan lainlain). 
  • Penguatan kapasitas respons pelayanan kesehatan (kesiapan obat, peralatan kesehatan, vaksin, laboratorium, SDM, penatalaksanaan kasus, dan lainlain). 
  • Komunikasi risiko, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat. 
  • Rencana kontijensi Pandemi Influenza. 

Penyakit Infeksi Emerging (PIE) adalah penyakit infeksi yang bersifat cepat menyebar pada suatu populasi manusia dapat berasal dari virus, bakteri atau parasit. Hal ini mencakup penyakit new emerging (baru muncul) dan penyakit re-emerging (muncul kembali). Sebagian besar Penyakit Infeksi Emerging (PIE) bersifat zoonosis dan berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)/Wabah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan regulasi kebencanaan, Kejadian Luar Biasa (KLB)/ Wabah atau Pandemi merupakan Bencana Non Alam

KEGIATAN PENANGGULANGAN FLU BURUNG

  1. Promosi Kesehatan
  2. Surveilans Flu Burung/Avian Influenza Terpadu
  3. Pengendalian Faktor Risiko
  4. Penanganan Kasus Flu Burung/Avian Influenza di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL)
  5. Penanganan Episenter Pandemi Influenza
  6. Rencana Kontijensi (Contingency Plan) Pandemi Influenza

Perkembangan Flu Burung (FB) di Indonesia terus meningkat baik pada unggas maupun pada manusia. Sejak akhir bulan Juni 2005 sampai Oktober 2017 jumlah penderita FB telah mencapai 200 orang dan 167 diantaranya meninggal dunia, dengan angka kematian cukup tinggi yaitu 84%. Hal ini bisa disebabkan karena sifat karakteristik virusnya sangat ganas, keterlambatan dalam deteksi dini karena belum adanya kit diagnosis cepat yang mempunyai sensitivitas dan spesifisitas tinggi, keterlambatan rujukan ke Rumah Sakit dan satu-satunya obat yang tersedia saat ini adalah anti viral (seperti oseltamivir) yang harus diberikan segera, mengingat efektivitasnya 48 jam pertama sejak timbulnya gejala.

Penyakit FB yang terus terjadi di berbagai daerah yang mengakibatkan kematian pada manusia dan kerugian di bidang ekonomi telah menimbulkan kecemasan pada masyarakat di Indonesia dan dunia Internasional. Bahkan beberapa ahli dunia memperkirakan kemungkinan Indonesia akan menjadi negara dimana episenter Pandemi Influenza dapat terjadi bila upaya penanggulangan FB pada unggas dan manusia tidak dilaksanakan secara tuntas.

Posting Komentar untuk "Cara Penanganan dan Pencegahan Flu Burung"